MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
MEMAHAMI
PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING)
Dosen
Pengampu: Prof.Dr.H.SJARKAWI,M.Pd
DISUSUN
OLEH:
NAMA:
VERA WATI
NIM:
A1A110006
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2011/2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Sejarah Perkembangan Komputer tepat pada waktunya. Makalah ini juga ditujukan
untuk memenuhi tugas semester pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Dalam pembuatan makalah ini saya
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran Bapak Prof.Dr.H.SJARKAWI,M,Pd dan rekan-rekan sekalian yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk
itu saya disini mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan sekalian yang
dapat membangun dalam proses peningkatan yang lebih.
Jambi,
25 Desember 2011
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam penulisan makalah ini penulis
membahas salah satu bentuk, teknik, atau mungkin juga disebut model
pembelajaran yang dalam beberapa waktu belakangan ini mulai tidak asing kita
dengar dan semakin mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan
pembelajaran, yaitu pembelajaran dengan menggunakan piranti elektronik,
terutama melalui komunikasi online atau electronic learning(e-learning).
Perkembangan teknologi yang demikian pesat, terutama
teknologi komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang. Salah
satu bidang yang juga berkembang sebagai akibat kemajuan teknologi komunikasi
adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Jika waktu-waktu sebelumnya hubungan
antara pendidik – peserta didik hanya dapat berlangsung melalui kegiatan tatap
muka, dibatasi oleh sekat ruang dan waktu, atau melalui media cetak, ternyata
saat ini telah dikembangkan melalui komunikasi online yang menembus sekat-sekat
ruang dan waktu. Melalui media komunikasi elektronik ini, disamping banyak
nilai tambah atau katakanlah ’’keunggulan’’ atau kelebihan, dari dimensi
pedagogis tentu banyak factor yang patut dicermati, misalnya bagaimana
pegeseran pola komunikasi educative antara guru dan siswa, bagaimana dengan
teknik-teknik pemotivasian belajar, bagaimana dengan pemahaman peserta didik,
dan beberapa aspek psikologi belajar lainnya.
Agar kita dapat mengenal lebih dekat dengan bentuk
teknologi pembelajaran ini, dapat menimbang kelebihan dan kelemahannya, serta
memungkinkan untuk mengimplementasikan di dalam kegiatan belajar kita.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
memahami pembelajaran elektronik(e-learning).
2. Bagaimana
kedudukan e-learning dalam teknologi
pendidikan.
3. Bagaimana
konsep bahan belajar berbasis e-learning.
4. Bagaimana
menguraikan teknik pengembangan bahan belajar melalui e-learning.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memberikan pengetahuan dan wawasan
tentang kedudukan E-learning dalam
teknologi pendidikan.
2.
Untuk memberikan pengetahuan tentang
Bahan Belajar Berbasis E-learning.
3. Untuk
memberikan pengetahuan tentang Pendekatan-pendekatan Pedagogik dalam E-learning.
4. Untuk
memberikan pengetahuan tentang Piranti-piranti Pendukung E-learning.
1.4
Manfaat Penulisan
Supaya
pembaca dapat mengerti dan memahami isi dari makalah tersebut, dan bermanfaat
bagi pembaca sehingga pembaca dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB
II
PEMBAHASAN
Terkait dengan tema dan bagian-bagian dari bahasan ini,
maka melalui pembahasan ini kita di harapkan memiliki kompetensi : 1)
Menjelaskan kedudukan e-learning
dalam teknologi pendidikan. 2) Menjelaskan konsep bahan belajar berbasis e-learning. 3) Menguraikan teknik
pengembangan bahan belajar melalui e-learning.
2.1
Kedudukan E-learning dalam Teknologi
Pendidikan
Selama ini kita telah mengenal bahkan menggunakan
beberapa bentuk teknologi pendidikan yang untuk membantu kegiatan-kegiatan
pembelajaran. Beberapa alat bantu tersebut misalnya OHP, LCD projector,
penggunaaan komputer, dan penggunaan beberapa bentuk peralatan laboratorium.
Munculnya alat bantu dalam berbagai bentuk teknologi pendidikan tersebut
membawa nuansa baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran.
Sambutan masyarakat para pengguna teknologi pendidikan sangat besar, sehingga
dalam waktu yang tidak terlalu lama teknologi ini sudah begitu familiar dalam
membantu kelancaran pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
Menyelusuri proses perkembangannya, e-learning, seperti
di uraikan dalam situs Wikipedia Indonesia(2008), teknologi ini pertama kali diperkenalkan
oleh universitas Illionis di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem
instruksi berbasis computer (computer-assisted
instruction) dan computer bernama PLATO. Sejak itu perkembangan e-learning dari masa ke masa adalah
sebagai berikut;
1.
Tahun 1990; era CBT (Computer-Based Training), di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang dioperasikan dalam PC
standlone taupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materinya dalam bentuk tuklisan
maupun multimedia (video dan AUDIO) dalam format “move”, “mpeg-1”, “avi”.
2.
Tahun 1994; seiring dengan diterimanya
CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang
lebih menarik dan diproduk secara massal.
3.
Tahun 1997; LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi
internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan
informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan
mutlak, dan jarak serta lokasi bukan lagi merupakan rintangan untuk terjadinya
komunikasi. Dari sinilah muncul LSM, yang selanjutnya mengalami perkembangan
yang semakin cepat.
Pada awal dekade
1990-an terjadi lagi perkembangan inovasi bidang teknologi komputer yang terakses
ke internet. Inovasi ini membawa perubahan yang sangat besar, di mana
keterbatasan-katerbatsan literatur, informasi yang tersedia di
perpustakaan-perpustakaan, toko-toko buku, pusat-pusat bacaan dengan teknologi
tersebut menjadi da[at teratasi. Bahkan menurt Kamarga (2001:4), inovasi
tersebut tidak sekedar member kemudahan mengakses informasi, akan tetapi telah
merubah pola berpikir, kebiasaan atau sikap seseorang sehingga telah merubah
paradigm. Inovasi ini mengubah paradigm pendidikan, dari perolehan tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang konstan setelah selasai mengikuti pendidikan,
menjadi paradigma pengetahuan dan keterampilan yang selalu diperbaharui dalam
waktu relatif singkat. Bahkan disebutkan bahwa Departemen Pendidikan Amerika
Serikat sejak tahun 1996 telah mencanangkan program “Getting America’s Student for the 21 st Century: Meeting the
technologi Challenge” (Office of
Educational Technology, 2001). Program ini diarahkan untuk mengembangkan visi
penggunaan teknologi yang efisien mulai dari jenjang pendidikan dasar dan
menengah dalam rangka memprsiapkan generasi mendatang menjadi generasi yang
dapat menjawab tantangan persaingan perekonomian global.
Pada sebuah situs e-learning Wikipedia (2008:1), diuraikan
bahwa e-learning merupakan suatu
terminologi umum yang dipergunakan untuk menunjukkan pada suatu aktivitas
belajar dimana instruktur atau siswa terpisah oleh ruang dan waktu dan
terhubungi dengan menggunakan teknologi online. Istilah e-learning dipergunakan secara silih berganti dalam berbagi
konteks. Di dalam bidang perdagangan dan usaha misalnya dipergunakan sebagai
strategi untuk menjalin kerjasama secara sinergis (network) untuk melaksanakan
latihan-latihan bagi karyawan. Pada distance eduction Universities seperti Universitas
Terbuka di UK atau Penn State World Campus di Amerika, e-learning diartikan sebagai perencanaan pengalaman mengajar atau
belajar dengan menggunakan spektrum teknologi secara luas utamanya internet
untuk mempermudah dan mempercepat siswa dalam belajar. Pada kebanyakan
perguruan tinggi lainnya, e-learning diartikan
sebagai model spesifik yang digunakan pada kegiatan kursus atau program
kegiatan belajar dimana para siswa dapat berkomunikasi langsung antara satu
dengan lainnya untuk mengakses atau memfasilitasi
pendidikan. Dalam banyak pengertian secra umum istilah e-learning diasosiasikan dengan teknologi percepatan belajar/Advanced Learning Technology (ALT),
dimana teknologi dan asosiasi metodologi di dalam pembelajaran mempergunakan
jaringan kerja atu teknologi multimedia.
Dalam pandangan Dong
(2001), seperti yang disimpulkan oleh Kamarga (2001:4), E-learning merupakan
kegiatan belajar asinkronis melalui
perangkat elektronik komputer yang tersambungkan ke internet, dimana peserta
belajar berupaya memperoleh bahan belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kegiatan belajar melalui e-learning tentu berbeda denga kegiatan belajar yang
dilaksanakan secara klasikal di kelas. Ada karakteristik-karakteristik khusus
yang membedakannya. Asiskronitis
dalam pendapat tersebut tersebut merujuk kepada pemisahan fisik yang tidak
terikat oleh waktu dan tempat. Secara lebih spesifik dapat diuraikan beberpa ciri
dari pembelajaran e-learning, yaitu:
1.
E-learning
merupakan suatu bentuk pembelajaran yang member penekanan pada penyampaian
informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara online.
2.
E-learning
menyediakan
seperngkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar tradisional (model belajar
klasikal, kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer)
sehingga dapat mebjawab perkembangan global.
3.
E-learning
tidak berarti menggantikan system sistem belajar klasikal yang dipraktikkan,
tetapi memperkuat model belajar tersebut malalui pengayaan informasi tentang
substansi (content) dan mengembangkan teknologi. pendidikan.
4.
Kapasitas pembelajaran sangat
bervariasi. Hal ini tergantung pada bentuk konten serta alat penyampaian
informasi atau pesan-pesan pembelajaran dan gaya belajar. Bilamana konten dikemas
dengan baik dan didukung dengan alat penyampai informasi dan gaya belajar
secara serasi, maka kapasitas belajar ini akan lebih baik yang pada gilirannya
akan memberikan hasil yang lebih baik (Cesco, 2001).
2.2
Bahan Belajar Berbasis E-Learning
Munir (2004:56) mengemukakan bahwa konsep bahan belajar
berbasis e-learning dikembangkan
berdsarkan teori kognitif dan teori pembelajaran yang dinyatakan dalam
teori-teori; (1) Adaftive Learning Theory,
(2) Preferred Modality Theory, (3) Cognitive Flexibility Theory.
1.
Adaftive Learning Theory
Adaftive Learning Theory,
mengisyaratkan bahwa para siswa memasuki proses pembelajaran pada tahap
pencapaian danpengalaman yang berbeda. Untuk itu guru perlu menggunakan
berbagai bahan dan strategi pembelajaran untuk memenuhi pencapaian dan
pengalaman yang berbeda tersebut. Ini juga bermakna perangkat lunak atau bahan
belajar e-learning yang di buat perlu
menggunakan berbagai strategi dan pendekatan untuk memenuhi kebutuhan siswa.
2.
Preferred Modality Theory
Preferred Modality Theory,
mengisyaratkan bahwa para siswa memiliki kecenderungan modalitas belajar yang
berbeda. Sebagian siswa memiliki modalitas pemahaman melalui aktivitas
mendengar, sebagian yang lain memiliki modalitas pemahaman melalui aktivitas
melihat, dan sebagian siswa yang lain cenderung memiliki modalitas pemahaman
melalui mendengar dan melihat. Karena itu perngkat lunak atau bahan belajar e-learning perlu memperhatikan modalitas-modalitas belajar
siswa dengan berupaya menampilkan kombinasi teks, grafik, suara dan animasi
dengan lebih menarik serta relevan dengan tujuan pembelajaran.
3.
Cognitive Flexbility Theory
Cognitive Flexbility Theory
mengisyaratkan bahwa suatu bidang dapat dipelajari dengan lebih mendalam dan
lebih efektif bilaman para siswa menggunakan proses belajar dengan cara non-linear. Hal ini bermakna bahwa suatu
bidang yang dipelajari mencakup berbagai aspek dan domain yang saling
berkaitan. Oleh karena itu bahan pembelajaran yang berupa perangkat lunak e-learning yang dipersiapkan hendaknya
tidak menyerupai metafora buku yang cenderung linear atau berurutan dari segi
pendekatan dan penyampainnya.
2.3
Pendekatan-pendekatan Pedagogik dalam E-Learning
Teknologi komunikasi secara umum dapat dikategorikan
sebagai asynchronous synchronous. Asynchronous
merupakan aktivitas yang menggunakan teknologi dalm bentuk blogs, wikis, anddiscussion boards. Dalam bentuk ini partisipan mengembangkan
ide atau saling bertukar ide atau
informasi tanpa keterikatan antara partisipan satu dengan partisipan lainnya
pada waktu yang sama. Sebagai contoh penggunaan electronic mail (email) termasuk asynchronous dimana pesan dapat
dikirim atau diterima tanpa keduanya harus berpartisipasi pada waktu yang
bersamaan. Dalam hal ini seorang pengirim pesan dapat mengirim pesan atau
informasi tertentu kapan saja yang ia perlukan. Pada sisi lain penerima pesan
tidak diharuskan mengakses pesan tau informasi tersebut pada waktu yang
bersamaan. Synchronous menunjukan
pada pengkategorian aktivotas pertukaran idea tau informasi yang mengharuskan
partisipan menggunakan waktu yang bersamaan. Face to face discussion merupakan
salah satu contoh bentuk komunikasi synchronous. Aktivitas synchronous mempersyaratkan seluruh partisipan saling berkomunikasi
atau berhubungan antara satu dengan yang lain seprti sesi online atau virtual
classroom atau meeting.
Meskipun aktivitas penmbelajaran melalui perangkat e-learning menekankan system komunikasi
online, tidak berarti proses ini sama sekali meniadakan unsur-unsur hubungan
pedagogis antara guru dan siswa. Bilamana hal ini terjadi, maka dikhwatirkan
proses pembelajaran menjadi kehilangan makna esensialnya, karena seperti telah
Anda bahas bersama pada bagian-bagian sebelumnya bahwa pembelajaran merupakan
kegiatan yang komperenship, mencakup berbagai dimensi baik kognitif afektif dan
psikomotorik. Persoalannya bagaimana supaya melalui mekanismepembelajaran
elektronik secara online ini, hal-hal esensial tersebut tetap dapat
terpelihara, meskipun kadarnya tidak dapat seperi pembelajaran konvensional.
Yang perlu kita garis bawahi bahwa di dalam proses pembelajaran online juga
perlu memperhatikan unsur-unsur pedagogis. Melalui situs wilkipedia (2008)
dikemukakan beberapa pendekatan pedagogo yang ditetapkan e-learning, yaitu;
a) Instructional
design, di mana pembeljaran lebih terfokus pada
kurikulum (curriculum focused) yang
dikembangkan dengan menitikberatkan pada pendekatan pendidikan kelompok atau
guru secara perorangan;
b) Social-constructivist, merupakan
pendekatan yang pedagogi yang pada kebanyakan aktivitasnya dilakukan dalam
bentuk forum-forum diskusi, blogs, wiki dan aktivitas-aktivitas kolaboratif
online;
c) Laurillard’s
conversational Model,
merupakan
salah satu betruk pendekatan pedagogi yang menitikberatkan pada penggunaan
bentuk-bentuk diskusi langsung secara luas;
d) Cognitive
perspective,
menitikberatkan
pada proses pengembangan kognitif melalui kegiatan pembelajaran.
e) Emotional
perspective,
lebih di fokuskan pada pengembangan dimesi-dimensi emosional pembelajaran,
seperi motivasi, engagement, model-model permainan dan lain-lain.
f)
Behavior perspective, menitikberatkan
pada keterampilan dan perilaku yang dihasilkan dari proses belajar. Model
pembelajaran dalam bentuk ini misalnya bermain peran (penerapan role-playing) dan penerapannya di dalam
aktivitas-aktivitas nyata lapangan.
g) Contextual
perspective,
difokuskan
pada penataan factor instrumental dan social lingkungan yang dapat mendorong terjadinya
proses belajar. Bentuk-bentuk nyata model ini seperti interaksi dengan orang
lain, model-model kolaboratif dan sebagainya.
2.4
Piranti-piranti Pendukung E-Learning
Siatem teknologi yang tarsedia dan dapat dipergunakan di
dalam e-learning antara lain;
v Classroom
response system
v Collaborative
software
v Computer
aided assessment
v Discussion
boards
v E-mail
v Educational
Management system
v Educational
animation
v Electronic
performance support system
v Eportfolios
v Games
v Hypermedia
in general
v Learning
management systems
v PDA’s
v Podcasts
v MP3
Players with multimedia capabilities
v Multimedia
CD-ROMs
v Screencasts
v Simulations
v Text
chat
v Virtual
classrooms
v Wcb-based
teaching materials
v Web
sites and web 2.0 communities
v Wiki
Perlu dijelaskan bahwa Wikibooks adalah
buku yang memuat topic-topik tentang;
v Blended
learning
v E-CIT(EU-funded
project)
v SIF(Schools
Interoperability Framework)
v CALL(computer-assisted
language learning) (for a more historical perspective)
v Collaborative
learning
v Computeach
v Computer-based
testing
v Confidance-Based
Learning
v Distance
Education
v Edublog
v Educational
game
v Educational
technology
v Electronic
performance support systems
v Elearning
2.0
v Flexible
Learning
v History
of automated adaptive instruction in computer applications
v History
of virtual learning environments
v Learning
management system
v Learning
content management system
v Learning
& Development
v M-learning
v Microlearning
v National
University Virtual High School
v Networked
learning
v Online
learning community
v Transctional
distance
v Videobook
v Virtual
Campus
v Virtual
education
v Virtual
learning environment
v Virtual
university
v eLML
–eLesson Markup Language
v Adaptive hypermedia
2.5
Pengembangan Pembelajaran E-Learning
Perkembangan teknologi pendidikan e-learning telah memberikan nuansa baru di dalam
pendidikan kita. Jika pada waktu-waktu sebelumnya, secara konvensional guru
atau dosen melakukan proses pembelajaran dengan menghimpun siswa pada tempat
atau ruangan tertentu secara bersamaan, kondisi tersebut kini telah diperkaya
dengan berkembangnya pembelajaran melalui jasa teknologi yang tidak lagi selalu
mengharuskan pesrta didik berkumpul secara bersamaan dan dibatasi oleh waktu
dan tempat.
·
Perkembangan
adalah
bagian yang memuat penjelasan dan contoh-contoh berkaitan dengan pelajaran yang
disajikan.
·
Latihan
memuat latihan-latihan untuk menilai kemampuan belajar siswa.
Komponen-komponen
Modul Pengulangan:
1)
Penjelasan;
memuat penjelasan-penjelasan serta langkah-langkah rinci untuk menyelesaikan
masalah pembelajaran.
2)
Pencarian;
yaitu pendekatan yang memungkinkan peserta didik untuk bereksperimen
berdasarkan parameter tertentu.
3)
Aplikasi;
yaitu bagian yang menuntut peserta didik mengaplikasikan konsep/opersi/formula
yang mudah yang telah mereka pelajari dan memberikan jawaban.
Komponen
Modul Pengayaan:
1)
Pencarian;
pendekatan pencarian yang lebih menantang yang menuntut peserta didik untuk
bereksperimen dengan parameter tertentu dan sistempemberian umpan balik.
2)
Aplikasi;
kegiatan yang menuntut peserta didik untuk mengaplikasikan
konsep,operasi,formula yang telah dipelajari dengan memberikan jawaban.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
E-learning merupakan salah satu
wujud nyata perubahan besar kalau tidak dikatakan revolusi di dalam kemajuan
teknologi pendidikan. Dalam wakti yang panjang kita mengenal proses
pembelajaran hanya melalui tatap muka yang mempersyaratkan guru atau sumber
belajar dan siswa berada pada tempat yang sama dengan pembatasan waktu dan
tempat secara ketat. Ketika perkembangan selanjutnya guru dan siswa dapat
belajar dengan bantuan media cetak, menyebabkan proses belajar dapat
berlangsung meskipun siswa dan guru tidak berada pada tempat dan waktu secara
bersamaan Karena adanya bantuan modul-modul belajar.
Kelemahannya tidak dapat terjadi
interaksi apalagi dalam waktu bersamaan. Kelemaham-kelemahan tersebut menjadi
teratasi ketika komunikasi telah dilakukan melalui fasilitas elektronik secara
online. Dalam waktu yang sam atau berbeda seseorang dapat mengakses bahan-bahan
belajar, tugas-tugas kapan saja yang ia inginkan. Melalui fasilitas tertentu
secara online tersebut sumber belajar dan pembelajaran dapat saling berdialog,
bertukar pikiran, memberikan pertanyaan, menyelesaikan tugas yang diberikan.
Melalui
media komunikasi elektronik ini,
disamoing banyak nilai tambah,
keunggulan atau kelebihan, mengharuskan oula kita untuk mengkaji berbagai
factor yang tidak dapat hadir bersamaan dengan komunikasi online tersebut,
terutama berkenaan aspek-aspek pedagogis. Namun demikian beberapa pendapat
mengungkapkan bahwa pembelajaran melalui komunikasi online tidak berarti
dikembangkan beberapa pendekatan pembelajaran antara lain yang menekankan
pendekatan-pendekatan kelompok, aktivitas-aktivitas kolaboratif, diskusi-diskusi
langsung, pengembangan model-model permainan dan beberapa bentuk penekanan
pembelajaran lainnya malalui online.
3.2 Saran
Di
harapkan pembaca dapat mengerti isi tentang makalah ini, dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
dan Mudjiono. (1994). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.
Sumantri,
M dan Permana J. (1998/1999). Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti.
Deporter,
Bobby. (2006). Quantum teaching. Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang. Bandung : Kaifa.
Soi,
M, F., Goh, N.K., and Chia, L.S. (2001). Modeling
of Group Investigation For Effective e-learning. (online). Tersedia :
http: // www.icce
2001. Org/cd/pdf/POG/SGIOO.Pdf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar